Sabtu, 03 November 2012

#3. Senandung Aku dan Kau

Halo.

Hari ini, aku masih berada dalam rumahku yang, sepi tanpa kehadiranmu. Di jam jam seperti ini, biasanya kau datang membawa cerita yang akan kau bagi denganku. Aku rindu saat itu. Hingga kemudian aku putuskan untuk membereskan kamarku yang masih penuh dengan sisa kenangan kita.

Aku melihat gitarku yang terbungkus tasnya di pojok kamar.
Aku teringat, kau pernah berpesan satu hal padaku.

Kau bilang, "Kalau kangen, gitaran aja."

Dan, ya, kuhampiri ia, kemudian kumainkan satu lagu yang pernah kau ajarkan padaku dulu.
Aku tak akan bisa lupa betapa sabar kau hadapi aku saat kau ajarkan cara memetik senar dan bagaimana kort-kort itu dapat dialunkan.
Bagaimana aku bisa lupa akan sebuah kenangan biasa saja yang kemudian menjadi manis luar biasa karena kehadiranmu di dalamnya?

Aku tak akan bisa lupa caramu memainkan gitarku kemudian bernyanyi sebait dua bait lirik lagu di hadapanku, sambil sesekali memandangku.
Aku tak akan bisa lupa caramu memandangku yang tidak pernah gagal membuat jantungku berdegup sedikit lebih kencang.
Aku tak akan bisa lupa caramu menyenandungkan lagu-lagu yang kau mainkan dengan lirih, yang kemudian kusahut dengan suaraku yang katamu fals itu.
Bagaimana aku bisa lupa akan segala hal yang selalu aku bangga-banggakan di depan teman-temanku yang iri terhadapku karena mendapatkan itu semua darimu?

Hari ini, kupetik senar-senar yang pernah kau petik untukku. Kulagukan lirik-lirik yang ternyata mampu membasahi kedua pipiku. Mungkin aku merindukan senandungmu.

So maybe it's true that I can't live without you
And maybe two is better than one
There's so much time to figure out the rest of my life
And you've already got me coming undone..
And I'm thinking two is better than one..


Tertanda,
Aku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar