Rabu, 05 Juni 2013

#28. Tak Pernah Pikir

Halo.

Mulai detik ini, aku tak akan lagi membahas bagaimana sakit dan lukanya hati ini semenjak kutahu kau putuskan untuk bersamanya yang baru dan melupakan segala perbuatan yang telah kau lakukan padaku. Aku hanya akan menceritakan bagaimana proses bergeraknya hati dan pikiranku menuju hari-hari baru yang menungguku.

Beberapa hari ini, aku temukan banyak sekali hal. Mulai yang paling sederhana, hingga yang terkompleks; mengingat luka.

Hal sederhana itu adalah;
Acap kali kutemukan beberapa kalimat dengan embel-embel 'selamanya' di akhir kalimat, yang tentunya diucapkan dari seorang lelaki pada wanitanya. Aku tertawa mencibir, kemudian tanpa sadar berucap, "Selamanya? Hari gini masih ada yang percaya sama omong kosong ber-embel selamanya? Selamanya itu bullshit!"
Tak jarang pula kutemukan beberapa kalimat dan kudengar beberapa orang teman bercerita tentang bagaimana lelakinya berkata, "Aku serius sama kamu." "Ini udah bukan waktunya main-main lagi, aku mantap serius jalani hubungan ini."
Lagi lagi, aku tertawa mencibir. Dan, (lagi lagi) tanpa sadar terlontar, "Serius? Cowok ngomong serius? Hahaha, jangan mau dibodohin lah. Serius itu bullshit. Bisa-bisanya cowok aja itu sih!"

Aku tak pernah sangka akan sedemikian nyinyir dan sensitifnya aku terhadap dua kata berawalan "S" tadi. Aku juga tak pernah sangka akan ucapkan hal yang sedemikian menusuknya bagi beberapa yang mendengar. Aku pun tak pernah sangka akan alami trauma akan sebuah perasaan, yang kata orang-orang adalah, cinta.

Cinta?
Cinta juga bullshit.

Katanya cinta tak akan menyakiti, apa buktinya?
Katanya cinta rela berkorban, apa buktinya?
Katanya cinta membahagiakan, apa buktinya?
Katanya cinta tak akan rela menciptakan tangis kekecewaan, apa buktinya?
Katanya cinta adalah semangat, apa buktinya?
Katanya cinta itu abadi, apa buktinya?

Bukankah kata orang-orang, tak ada yang abadi?


Tertanda,
Aku.