Selasa, 27 November 2012

#6. Aku Minta

Halo.

Tepat satu bulan kau dan aku tak lagi menjadi kita. Apa yang kau rasakan saat ini? Merindukan aku?

Aku ingin minta tolong padamu.
Tolong, kembalikan aku yang dulu.
Tolong, kembalikan kau yang dulu.
Tolong, kembalikan kita yang dulu.
Tolong, jangan ucap kau telah berubah jika nyatanya kau tidak.
Tolong, beri aku bukti atas segala ucapmu padaku.
Tolong, buktikan bahwa kau memang masih sayang aku.
Tolong, buktikan bahwa kau memang telah melakukan perubahan itu.
Tolong, jangan paksa aku mengatakan aku masih menyayangimu, walau kau tahu pasti aku masih.
Tolong, jangan paksa aku melakukan apa yang tak ingin kulakukan; melukaimu.

Masih adakah cela untuk kau dan aku agar kembali tercipta kita yang dulu?


Tertanda,
Aku.

Minggu, 18 November 2012

#5. Harusnya Engkau

Halo.

Malam ini, seseorang mengajakku menghabiskan Sabtu malam dengan menonton film. Aku mengiyakan ajakannya, walaupun yang kuharap mengajakku adalah kau.

Sebelum aku benar-benar memutuskan untuk pergi, aku berharap kau mengirimkan pesan singkatmu padaku dan berkata, "Aku kangen, kita main yuk?" yang secara otomatis akan membuatku membatalkan ajakannya.
Namun ternyata, tidak ada pesanmu.
Hingga akhirnya seseorang itu mendatangi rumah dan meminta ijin kedua orang tuaku untuk meminjamkan aku selama beberapa jam. Awalnya, mama dan papa sedikit curiga dan menanyakanmu. Ya, mereka bertanya tentangmu. Papa bilang mengapa bukan kau yang mengajakku habiskan malam? Mama bilang apa kau sudah tau aku akan menghabiskan malam bersamanya?
Aku hanya bisa tersenyum dan berkata, "Dia sibuk, pa. Dia juga sudah tau, ma."
Walaupun entah kau benar sibuk atau tidak. Tapi beberapa saat lalu, aku tau ternyata kau juga habiskan malam dengan teman-teman satu bandmu tadi malam.

Aku terpaksa membohongi mama dan papa, juga perasaanku sendiri.

Tapi, saat aku sampai dengan selamat di rumah dan membuka ponselku..
Ternyata ada pesan darimu yang, sungguh ku sesalkan.
Mengapa tak kau kirim pesan itu lebih awal?
Jika saja kau kirimkan ia lebih awal, aku pasti akan berusaha mengundangmu ke rumah dan membatalkan ajakan seseorang itu. Hanya jika kau mau bertemu dengan aku.

Harusnya aku habiskan malam ini denganmu, bukan dengannya.


Tertanda,
Aku.

Selasa, 13 November 2012

#4. Hal Kecil

Halo.

Aku tak tahu, entah, semenjak kau dan aku sudah tak lagi menjadi kita, banyak sekali hal-hal di sekitarku yang memaksa untukku membohongi perasaan dan diriku sendiri.

Ya.
Untuk beberapa waktu ke depan, aku paksakan diri untuk berbohong. Aku tak akan mengumbar kesedihan serta penyesalanku padamu, pada beberapa orang di sana yang ingin tahu bagaimana aku dan kau. Aku terlalu memuja ego yang seharusnya dapat kutinggalkan kapan pun di mana pun aku mau. Kita lihat saja nanti akan sekuat apa aku bohongi perasaanku sendiri.

Oh ya, hari ini aku temukan sms lamamu. Dalam bentuk capture.
Kau bilang kau akan menyayangiku selamanya.
Apalagi yang dapat ku lakukan kalau bukan tersenyum dan berharap yang kau ucap adalah benar?

Sungguh, membaca pesan singkat darimu benar-benar mengubah hariku. Aku rindu.


Tertanda,
Aku.

Sabtu, 03 November 2012

#3. Senandung Aku dan Kau

Halo.

Hari ini, aku masih berada dalam rumahku yang, sepi tanpa kehadiranmu. Di jam jam seperti ini, biasanya kau datang membawa cerita yang akan kau bagi denganku. Aku rindu saat itu. Hingga kemudian aku putuskan untuk membereskan kamarku yang masih penuh dengan sisa kenangan kita.

Aku melihat gitarku yang terbungkus tasnya di pojok kamar.
Aku teringat, kau pernah berpesan satu hal padaku.

Kau bilang, "Kalau kangen, gitaran aja."

Dan, ya, kuhampiri ia, kemudian kumainkan satu lagu yang pernah kau ajarkan padaku dulu.
Aku tak akan bisa lupa betapa sabar kau hadapi aku saat kau ajarkan cara memetik senar dan bagaimana kort-kort itu dapat dialunkan.
Bagaimana aku bisa lupa akan sebuah kenangan biasa saja yang kemudian menjadi manis luar biasa karena kehadiranmu di dalamnya?

Aku tak akan bisa lupa caramu memainkan gitarku kemudian bernyanyi sebait dua bait lirik lagu di hadapanku, sambil sesekali memandangku.
Aku tak akan bisa lupa caramu memandangku yang tidak pernah gagal membuat jantungku berdegup sedikit lebih kencang.
Aku tak akan bisa lupa caramu menyenandungkan lagu-lagu yang kau mainkan dengan lirih, yang kemudian kusahut dengan suaraku yang katamu fals itu.
Bagaimana aku bisa lupa akan segala hal yang selalu aku bangga-banggakan di depan teman-temanku yang iri terhadapku karena mendapatkan itu semua darimu?

Hari ini, kupetik senar-senar yang pernah kau petik untukku. Kulagukan lirik-lirik yang ternyata mampu membasahi kedua pipiku. Mungkin aku merindukan senandungmu.

So maybe it's true that I can't live without you
And maybe two is better than one
There's so much time to figure out the rest of my life
And you've already got me coming undone..
And I'm thinking two is better than one..


Tertanda,
Aku.

Jumat, 02 November 2012

#2. Seandainya Mudah

Halo.

Ketika kubuka kembali kotak makan merah dengan logo sebuah brand susu di tutupnya, aku menemukan banyak sekali bintang. Kutumpahkan ia dalam kasurku dan kuteliti satu persatu. Ada berbagai macam emotikon tertulis di atasnya. Dan, ada beberapa bintang yang memiliki huruf. Oh, ternyata itu nama kita.

Ya, aku ingat bagaimana kau membuatkanku satu demi satu bintang-bintang itu. Tak ada yang dapat dilakukan, katamu. Kau sungguh tahu pasti aku sangat menyukai bintang. Itulah alasanmu kumpulkan bintang kertas yang kau buat atas dasar 'iseng' yang mampu buatku tersenyum dan bahagia hingga saat ini.

Bintang-bintang kertas itu, saksi bisu bagaimana kau dulu sangat menyayangiku sedemikian hebat. Ketika sesuatu merusak mood-ku, yang kau lakukan cukup menyobek kertas dan membuatkan benda kecil itu. Sederhana, namun berarti. Tidak pernah gagal membuatku tersenyum dan mengembalikan moodku.

Andai perbaiki hubungan ini semudah menyusun namamu dan namaku yang tertera di atas bintang-bintang itu.


Tertanda,
Aku.