Kamis, 28 Februari 2013

#19. Tak Mungkin Aku Inginkan

Halo.

Aku sedang tergila-gila dengan lagu berjudul Percayalah yang dipopulerkan oleh Ecoutez. Bukan karena liriknya. Namun karena memang nadanya yang indah. Dan juga karena kau dulu pernah berjanji padaku untuk membuat sebuah cover lagu ini denganku. Hingga akhirnya aku membuat versi coverku sendiri. Sen-di-ri. Mana janjimu?

Lirik di dalamnya, aku tak menyukainya.
Percayalah kasih, cinta tak harus memiliki
Walau kau dengannya, namun ku yakin hatimu untukku
Percayalah kasih, cinta tak harus memiliki
Walau kau coba lupakan aku
Tapi ku kan selalu ada untukmu..

Aku tak pernah setuju dengan frasa cinta tak harus memiliki.
Jika kau memang cinta, maka kau harus memiliki.
Namun kau bisa sebut aku munafik.
Karena aku mencintaimu, namun tak ungkapkan keinginanku untuk memilikimu kembali sebab terhalang gengsi.


Tertanda,
Aku.

Rabu, 27 Februari 2013

#18. Adakah Cara?

Halo.

Sudah berulang kali aku mencari cara untuk melupakanmu karena kau tidak bersegera untuk menemuiku dan buktikan perubahanmu. Namun hasilnya selalu sama. Nihil.

Sekeras apapun aku mencoba untuk cari sesuatu yang dapat buatku lupa akanmu, sekeras itu pulalah aku teringat akanmu dan pikiran itu selalu penuhi benakku lagi. Ya. Pikiran kalau kalau kau memang sudah berubah dan kesempatan kedua untukmu sudah saatnya kuberikan.

Aku bukan tak sayangi kau lagi, aku hanya membutuhkan sebuah pembuktian.
Aku ingin kau tak menghindar dariku ketika aku tagih bukti itu. Karena aku menyayangimu, masih.


Tertanda,
Aku.

Selasa, 26 Februari 2013

#17. Tentu Saja Sulit

Halo.

Beberapa hari lalu aku kunjungi sebuah rumah sakit. Aku benci rumah sakit. Ia membuatku mengingat bagaimana aku dirawat di sebuah rumah sakit saat aku celaka dulu dan membuat kau mengkhawatirkanku sedemikian paniknya. Maafkan aku karena membuatmu khawatir, aku tidak pernah bermaksud begitu.

Aku ingat, kau bercerita padaku bahwa kau terima kabar tentangku yang mengalami kecelakaan motor dan harus dioperasi. Saat itu kau bilang kau seperti orang gila yang mencari ruangan tempatku dirawat dan bertanya kesana kemari. Aku tersenyum miris sambil membatinkan berulang kali kata maaf.

Kehadiranmu kala menjengukku tentu terlihat oleh teman-temanku dan keluargaku. Saat itu aku memang sedang dekat dengan seseorang yang, ya, kau tahu. Dan aku, dengan ketaksadaranku, mengabaikanmu. Aku menyesalinya.

Kau pasti tak tahu bahwa selepas kau langkahkan kaki keluar dari pintu ruangan di mana aku dirawat, tanteku berkata, "Itu tadi pacarmu ya, mbak? Anaknya baik, ganteng, mami setuju kalau kamu sama dia. Kasian lo dia habis kuliah langsung ke sini jengukin kamu, mbak."
Aku tersenyum.

Sedang mama berkata, "Mush'ab kasian lo mbak, jangan disuruh kesini terus ta. Dia tadi katanya mau ngerjain tugas. Kalau sibuk ya gakpapa gak usah dipaksain jengukin kamu."
Aku hanya mengiyakan.

Hei, kau tahu? Kau adalah lelaki pertama yang mendapatkan kepercayaan keluarga serta orang tuaku untuk menjagaku ketika aku sakit dan mempercayaimu dengan meninggalkan kita berdua di ruangan itu. Keluarga dan orang tuaku bukanlah tipe manusia yang mudah mempercayai lelaki untukku, apalagi sampai meninggalkan kita berdua saja. Kau tentu ingat, mamaku mempercayakanmu untuk menyuapiku makanan hanya agar aku mau makan. Ah, itu lucu. Mama dan papa mana pernah setuju seorang lelaki sampai menyuapiku. Kau memang hebat.

Temukan penggantimu yang bisa mendapatkan kepercayaan sebesar itu dari keluarga dan orang tuaku bukanlah hal yang mudah. Uh, aku ingin ceritakan ini padamu dan pelukmu erat saat ini. Sayangnya, aku tak bisa.


Tertanda,
Aku.

Kamis, 14 Februari 2013

#16. Tiga Tahun

Halo.

Tiga tahun lalu, kau, aku, dan dua orang teman kita, berlibur diam-diam (tanpa beritahu orang tuaku) di sebuah wisata alam di kabupaten. Apakah kau ingat, bagaimana kau kedinginan saat itu dan aku yang tak tahu harus memelukmu atau tidak karena masih malu di hadapan dua orang teman kita? Ya, hubungan kita kala itu belum genap satu bulan, tentu saja aku masih malu.

Waktu itu, kau suruh aku untuk memelukmu dan tak pedulikan anggapan dua orang teman kita. Namun aku menolaknya. Dan kau raih tanganku kemudian kau pelukkan sendiri pada tubuhmu. Lucu. Mengingatnya, tidak pernah gagal membuat aku tersenyum.

Bisakah hal itu terulang kembali?
Aku rindu semua tingkah lucumu.


Tertanda,
Aku.

Minggu, 10 Februari 2013

#15. Tiba-tiba Saja

Halo.

Mungkin aku yang sedikit aneh, tapi entah mengapa detik ini aku benar-benar takut kehilanganmu.
Oh, aku sudah kehilanganmu, bukankah demikian?

Namun bukan itu yang kumaksudkan.
Aku takut seandainya tiba suatu masa di mana engkau tak akan lagi kirimkan pesan singkatmu yang sulit kubalas karena aku memaksakan diri melupakanmu dengan tidak mengisikan pulsa pada ponselku. Ketakutan yang tiba-tiba datang ini memang beralasan, melihat pesan-pesanmu yang tidak sesering dahulu nampak di ponselku.

Aku ingin meneriakkan namamu di sebuah tanah lapang dan kemudian kau hadir memelukku dari belakang dan menenangkan aku.


Tertanda,
Aku.

Selasa, 05 Februari 2013

#14. Memori. Kenangan. Nostalgia.

Halo.

Maafkan aku yang belum bisa menghapus kau dari benakku, walau seseorang telah coba tawarkan cintanya untukku. Aku tak bisa. Dia bukan kau, yang dapat membuatku terjatuh untuk sekian lama.

Aku tak bisa secepat itu merasa cocok dengannya, tak seperti denganmu. Kau punya mantra ajaib yang membuatku merasa klik saat dulu kau coba tawarkan cintamu. Entahlah, aku tak bisa paksakan perasaanku untuknya, karena dia bukan kau, yang mampu membuatku berikan seluruh perasaanku tanpa sedikitpun paksaan.

Mungkin terdengar sedikit konyol dan kekanak-kanakan, tapi aku ingin ceritakan beberapa hariku bersama dia padamu, hanya agar aku tahu kau masih cemburu padaku atau tidak.

Ah, mana mungkin aku bisa ceritakan bagaimana kedekatanku dengan lelaki lain padamu. Aku tidak akan tega melihat wajah cemburumu yang lucu dan membuatku ingin mencubit hidungmu yang kusukai itu.

Telah lama ku tahu engkau punya rasa untukku
Kini saat dia tak kembali
Kau nyatakan cintamu
Namun, aku takkan pernah bisa..
Ku takkan pernah merasa
Rasakan cinta yang kau beri
Ku terjebak di ruang nostalgia
Semua yang kurasa kini..
Tak berubah sejak dia pergi..
Maafkanlah ku hanya ingin sendiri ku di sini..


Tertanda,
Aku.